Rupanya, semua itu berawal dari kopi. Ya, kopi. Minuman yang
identik dengan para lelaki itu mampu menarik hati Michael (keybord), Icha
(drum), Indra (gitar), Andre (Bass), dan Horas (saxophone) untuk bergabung
membentuk sebuah band. Abdul, panggilan Tengku pun beralih, dari jalur indie ke
sebuah band. Di jalur indie ia sempat menelorkan satu album berjudul
"Bersandinglah" (2007).
Dari sekadar nongkrong dan mereguk minuman, muncullah ide membentuk proyek rame-rame dengan nama Abdul & The Coffee Theory. "Sebenarnya saya lebih gemar minum teh, bukan minum kopi. Teman-teman band yang sangat suka meneguk kopi," ujar pria kelahiran 1983 itu membuka rahasia kecilnya.
Konsep band bernama The Coffee Theory lebih ditujukan buat orang-orang dekat di lingkungan Abdul yang suka ngopi, kongkow dan ngobrol. Selain itu, The Coffee Theory ingin kehadirannya dapat memberi kesegaran di dunia musik Indonesia saat ini.
Suara unik dan khas membuat karya Abdul & The Coffee Theory menarik dan selalu enak di dengar. Inilah yang ditawarkan ke pecinta musik Indonesia. "Eksistensi dan terus membuat karya menjamin kita selalu diingat dan bertahan di persaingan dunia musik,'' kata Abdul yang mengaku terpengaruh John Mayer, Jason Mraz, dan beberapa musisi jazz lain.
Lagu-lagu cinta menyentuh hati dirangkum dalam dua album: Loveable (2008), dan Love Theory (2010). Pada Desember nanti, Abdul & The Coffee Theory meluncurkan album ketiga. Album itu belum diberi judul. "Sekarang masih proses penyelesaian. Ada delapan lagu di album ketiga itu," ujar Abdul kepada metrotvnews.com usai mengisi acara "811 Show" di Metro TV, Jakarta, Senin (31/10).
Masuk ke major label membuat aliran musik Abdul & The Coffee Theory sedikit bergeser. "Tidak luntur, tetapi dengan masuk label idealisme berubah," ujar Abdul memberi alasan. "Lebih enak didengar dan lebih catcy."
Ingat lagu "Agar Kau Mengerti" dari album "Bersandinglah" yang berisi kesedihan cinta. Lagu itu bercerita keinginan seorang pria untuk dimengerti kekasihnya. Lirikyang jujur dan sederhana mampu menghanyutkan pendengar saat menikmati lagu.
Sedikit berbeda setelah bergabung di label. Misal, lagu "Aku Suka Caramu" yang melambungkan nama Abdul. Liriknya riang menggambarkan seorang laki-laki yang jatuh cinta dan mengagumi segala hal yang dilakukan sang kekasih. Ada lagi lagu Loveable yang ceria dan mudah dihafal. Inilah perubahan idealisme itu.
Abdul bercerita, lagu-lagunya terinspirasi dari pengalaman pribadi, curhatan teman-teman atau kejadian yang ada di sekitar. "Sebenarnya kami mengusung musik pop jazz, bukan murni jazz seperti anggapan orang," ujar Abdul. Perubahan apa lagi yang akan dilakukan Abdul & Coffee Theory?
No comments:
Post a Comment