Saturday 10 May 2014

Aku, Kamu dan Masa Lalu Itu


 Jika apa yang kuutarakan menyinggungmu, maaf. bukan bermaksud. sebab aku hanya bercerita masa lalu yang harusnya kubuang. dan sekarang aku merangkau cerita baru. bersamamu. jika bisa.



Berkaca dengan masa lalu, rasanya menjadi sebuah batu sandungan tentang pembicaraan masa depan kita tadi malam. Setiap pertanyaan harus sudah terjawab dengan semua solusi yang tidak masuk akal. Aku merasa sangsi dengan semua keputusan yang telah kau buat. Mungkin aku sedikit terbuai, tapi seolah malaikat menyadarkanku melalui bisikannya bahwa itu tidak semua benar adanya.
Mencintaimu di usia menjelang seperempat ini rasanya seperti menabur benih bunga di padang gurun. Tak ada air yang diharap menjadi oase. Memang aku tidak akan jauh menjangkaumu, namun sama saja tak tertembus meski dengan panas Sang Srikandhi sekalipun. Karena kau bukanlah  Arjuna.
Seseorang memberitahuku sesuatu yang menarik. Bahwa jika memang tidak dibenarkan maka cinta tak akan berjalan hingga akhir hayat. Cinta itu seperti takdir dan akan berlari ke orang yang berhak mendapatkannya saat itu juga. Tuhan yang mengarahkan, manusia? Mereka hanya menerima meski tak merasa puas dengan apa yang mereka terima.
Jadi, apakah aku akan berlari ke ujung dunia. Kita terlalu muda untuk mengenal sakit, tapi setidaknya kita pernah merasakannya. Aku tak berhak menjauhkan itu semua, semacam menghindaripun akhirnya akan menjadi boomerang bagi kita sendiri.
Siapa yang pantas disalahkan jika cinta sudah menjadi luka? Bukan sepasang sejoli itu, namun sepasang hati yang tak mau berdamai dengan keadaan. Memang, ada kalanya manusia tidak setuju menerima nasib begitu saja. Tuhan sudah menggariskan berbagai takdir yang sebaiknya kita jalani dengan tenang.
Namun yang terjadi nyatanya adalah, manusia sering keluar dari zona nyaman mereka untuk mencari cinta yang tak wajar. Aku dekat namun jauh darimu. Kamupun begitu? Kapan kita bersatu?
Itu hanya pertanyaan retorik saja. Penyatuan tak akan terjadi secara sadar dan akan berlalu jika aku dan kamu sudah melupannya. Cukup. Hanya begini saja. Karena aku tak mau berkaca dengan masa lalu mu. Aku punya masa lalu sendiri yang tak pantas ku bagikan. Cukup.

No comments:

Post a Comment