Selayang
Pandang
Sejak dikukuhkannya batik sebagai
salah satu warisan budaya tak benda atau intangible cultural heritage of
humanity oleh UNESCO pada 2 Oktober 2009 di Abu Dhabi, keberadaan batik sebagai
salah satu kain tradisional khas Indonesia semakin diapresiasi oleh masyarakat
luas bahkan masyarakat dunia. Batik tidak hanya menjadi pakaian yang dikenakan
dalam pertemuan-pertemuan resmi, melainkan sudah merambah dalam kehidupan
sehari-hari. Tak hanya di kantor-kantor maupun sekolah-sekolah, di mall maupun
tempat-tempat wisata kita juga kerap menemukan orang berpakaian batik.
Namun, seringkali orang-orang yang
menggunakan batik tidak mengetahui tentang sejarah ataupun proses dibalik
pembuatan kain baik. Padahal, dibalik kain batik yang Anda kenakan, tersimpan
sejarah yang panjang tentang proses pembuatan dan juga nilai filosofis dari
motif batik itu sendiri. Nah, jika Anda tertarik untuk mengetahui tentang
seluk-beluk batik, ada baiknya Anda mengunjungi Museum Batik Yogyakarta.
Musem Batik Yogyakarta terletak di
Jalan Dr. Sutomo Yogyakarta, merupakan museum batik pertama di Yogyakarta
didirikan atas prakarsa Hadi Nugroho, pemilik museum. Bangunan ini dikelola
sendiri oleh pasangan suami istri Dewi dan Hadi Nugroho. Pada 12 Mei
1977, museum ini baru
diresmikan oleh Kanwil P&K Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Museum ini
mendiami area seluas 400 m2 dan sekaligus dijadikan tempat tinggal pemiliknya.
Pada tahun 2000, museum ini
memperoleh penghargaan dari MURI atas karya ‘Sulaman Terbesar’, batik berukuran 90 x 400
cm2. Kemudian di tahun 2001,
museum ini memperoleh penghargaan kembali dari MURI sebagai pemrakarsa
berdirinya Museum Sulaman pertama di Indonesia.
Kini, museum ini menyimpan lebih
dari 1.200 koleksi perbatikan yang terdiri dari 500 lembar kain batik tulis, 560 batik cap,
124 canting
(alat pembatik), dan 35 wajan serta bahan pewarna, termasuk malam.
Koleksi museum ini terdiri berbagai
batik gaya Yogyakarta, Solo, Pekalongan, dan gaya tradisional lainnya dalam
bentuk kain panjang, sarung, dan sebagainya. Motifnya kebanyakan berupa motif
pesisiran, pinggiran, terang bulan, dan motif esuk-sore.
Beberapa koleksinya yang terkenal
antara lain: Kain Panjang Soga Jawa (1950-1960), Kain Panjang Soga Ergan Lama
(tahun tidak tercatat), Sarung Isen-isen Antik (1880-1890), Sarung Isen-isen
Antik (kelengan) (1880-1890) buatan Nyonya Belanda EV. Zeuylen dari Pekalongan,
dan Sarung Panjang Soga Jawa (1920-1930) buatan Nyonya Lie Djing Kiem dari
Yogyakarta. Semua koleksi yang ada dalam museum ini diperoleh dari keluarga
pendiri Museum Batik Yogyakarta. Koleksi tertuanya adalah batik buatan tahun
1840.
Sedangkan, ratusan koleksi lainnya adalah
hasil karya sendiri pemilik museum diantaranya sulaman gambar Presiden RI
pertama Soekarno,
mantan Presiden Soeharto,
Megawati Soekarnoputri, dan Hamengkubuwono
IX. Selain itu ada juga potret wajah pahlawan Imam Bonjol
dan Pangeran Diponegoro. Ada pula sulaman
wajah Paus Yohanes Paulus II dan Bunda Teresa
dari India.
Berkunjung ke Museum Batik
Yogyakarta, tentu saja akan memberikan banyak pengalaman baru kepada Anda.
Tidak hanya pengalaman berwisata dan bersenang-senang semata, namun lebih dari
itu. Anda akan mendapatkan banyak informasi mengenai batik sebagai kain
tradisional khas Indonesia yang merupakan hasil budaya bangsa yang adi luhung.
Jika Anda hanya melihat sepintas
dari luar, mungkin museum ini hanya terlihat seperti rumah biasa yang digunakan
sebagai tempat tinggal. Namun, pandangan itu akan berubah saat Anda memasuki pintu
masuk museum ini. Deretan kain batik dengan berbagai motif yang dipajang di
dalam ruangan akan menegaskan keberadaan tempat ini sebagai sebuah museum yang
dikelola secara profesional.
Lokasi
Museum Batik Yogyakarta terletak di
Jalan Dr. Soetomo 13 A, RT 049/ RW 12, Kecamatan Danurejan, Kota Yogyakarta,
DIY, Indonesia.
Akses
Akses menuju Musuem Batik
Yogyakarta tidaklah sulit, hal ini dikarenakan museum ini terletak di tengah
Kota Yogyakarta dan ada banyak penunjuk arah menuju museum ini. Jika Anda turun
dari Stasiun Lempuyangan, Anda tinggal naik becak ke arah Selatan atau berjalan
kaki. Anda juga dapat naik bus TransJogja jalur 2A atau 2B, kemudian turun di
shelter Kridosono atau depan SMP N5 Yogyakarta. Dari shelter tersebut, Anda
dapat melanjutkan perjalanan dengan naik becak.
Harga
Tiket
Untuk menikmati koleksi batik yang
ada di Museum Batik Yogyakarta, wisatawan diwajibkan membayar tiket masuk
sebesar Rp 15.000,00 per orang. Museum ini di buka untuk umum setiap hari Senin
hingga Sabtu, mulai pukul 09.00 s/d
15.00 WIB.
Akomodasi
dan Fasilitas Lainnya
Jika Anda ingin tahu lebih lanjut
tentang proses pembuatan batik, maka tak ada salahnya Anda memanfaatkan
fasilitas yang disediakan oleh pengelola Museum Batik Yogyakarta. Pengelola
museum ini menyediakan sebuah gallery khusus yang biasa digunakan sebagai
tempat belajar membatik. Paket belajar membatik yang disediakan pun
bermacam-macam. Ada paket kilat kursus satu jam dengan biaya Rp 25.000,00. Atau
paket 5 kali pertemuan dengan biaya Rp 250.000,00. Anda tinggal memilih paket
mana yang sekiranya sesuai untuk Anda.
No comments:
Post a Comment