Wednesday 18 January 2012

Museum Batik Yogyakarta


Selayang Pandang

Sejak dikukuhkannya batik sebagai salah satu warisan budaya tak benda atau intangible cultural heritage of humanity oleh UNESCO pada 2 Oktober 2009 di Abu Dhabi, keberadaan batik sebagai salah satu kain tradisional khas Indonesia semakin diapresiasi oleh masyarakat luas bahkan masyarakat dunia. Batik tidak hanya menjadi pakaian yang dikenakan dalam pertemuan-pertemuan resmi, melainkan sudah merambah dalam kehidupan sehari-hari. Tak hanya di kantor-kantor maupun sekolah-sekolah, di mall maupun tempat-tempat wisata kita juga kerap menemukan orang berpakaian batik.

Namun, seringkali orang-orang yang menggunakan batik tidak mengetahui tentang sejarah ataupun proses dibalik pembuatan kain baik. Padahal, dibalik kain batik yang Anda kenakan, tersimpan sejarah yang panjang tentang proses pembuatan dan juga nilai filosofis dari motif batik itu sendiri. Nah, jika Anda tertarik untuk mengetahui tentang seluk-beluk batik, ada baiknya Anda mengunjungi Museum Batik Yogyakarta.

Musem Batik Yogyakarta terletak di Jalan Dr. Sutomo Yogyakarta, merupakan museum batik pertama di Yogyakarta didirikan atas prakarsa Hadi Nugroho, pemilik museum. Bangunan ini dikelola sendiri oleh pasangan suami istri Dewi dan Hadi Nugroho. Pada 12 Mei 1977, museum ini baru diresmikan oleh Kanwil P&K Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Museum ini mendiami area seluas 400 m2 dan sekaligus dijadikan tempat tinggal pemiliknya.
Pada tahun 2000, museum ini memperoleh penghargaan dari MURI atas karya ‘Sulaman Terbesar’, batik berukuran 90 x 400 cm2. Kemudian di tahun 2001, museum ini memperoleh penghargaan kembali dari MURI sebagai pemrakarsa berdirinya Museum Sulaman pertama di Indonesia.

Kini, museum ini menyimpan lebih dari 1.200 koleksi perbatikan yang terdiri dari 500 lembar kain batik tulis, 560 batik cap, 124 canting (alat pembatik), dan 35 wajan serta bahan pewarna, termasuk malam.

Koleksi museum ini terdiri berbagai batik gaya Yogyakarta, Solo, Pekalongan, dan gaya tradisional lainnya dalam bentuk kain panjang, sarung, dan sebagainya. Motifnya kebanyakan berupa motif pesisiran, pinggiran, terang bulan, dan motif esuk-sore.

Beberapa koleksinya yang terkenal antara lain: Kain Panjang Soga Jawa (1950-1960), Kain Panjang Soga Ergan Lama (tahun tidak tercatat), Sarung Isen-isen Antik (1880-1890), Sarung Isen-isen Antik (kelengan) (1880-1890) buatan Nyonya Belanda EV. Zeuylen dari Pekalongan, dan Sarung Panjang Soga Jawa (1920-1930) buatan Nyonya Lie Djing Kiem dari Yogyakarta. Semua koleksi yang ada dalam museum ini diperoleh dari keluarga pendiri Museum Batik Yogyakarta. Koleksi tertuanya adalah batik buatan tahun 1840.

Sedangkan, ratusan koleksi lainnya adalah hasil karya sendiri pemilik museum diantaranya sulaman gambar Presiden RI pertama Soekarno, mantan Presiden Soeharto, Megawati Soekarnoputri, dan Hamengkubuwono IX. Selain itu ada juga potret wajah pahlawan Imam Bonjol dan Pangeran Diponegoro. Ada pula sulaman wajah Paus Yohanes Paulus II dan Bunda Teresa dari India.

Berkunjung ke Museum Batik Yogyakarta, tentu saja akan memberikan banyak pengalaman baru kepada Anda. Tidak hanya pengalaman berwisata dan bersenang-senang semata, namun lebih dari itu. Anda akan mendapatkan banyak informasi mengenai batik sebagai kain tradisional khas Indonesia yang merupakan hasil budaya bangsa yang adi luhung.

Jika Anda hanya melihat sepintas dari luar, mungkin museum ini hanya terlihat seperti rumah biasa yang digunakan sebagai tempat tinggal. Namun, pandangan itu akan berubah saat Anda memasuki pintu masuk museum ini. Deretan kain batik dengan berbagai motif yang dipajang di dalam ruangan akan menegaskan keberadaan tempat ini sebagai sebuah museum yang dikelola secara profesional.

Lokasi
Museum Batik Yogyakarta terletak di Jalan Dr. Soetomo 13 A, RT 049/ RW 12, Kecamatan Danurejan, Kota Yogyakarta, DIY, Indonesia.


Akses
Akses menuju Musuem Batik Yogyakarta tidaklah sulit, hal ini dikarenakan museum ini terletak di tengah Kota Yogyakarta dan ada banyak penunjuk arah menuju museum ini. Jika Anda turun dari Stasiun Lempuyangan, Anda tinggal naik becak ke arah Selatan atau berjalan kaki. Anda juga dapat naik bus TransJogja jalur 2A atau 2B, kemudian turun di shelter Kridosono atau depan SMP N5 Yogyakarta. Dari shelter tersebut, Anda dapat melanjutkan perjalanan dengan naik becak.


 
Harga Tiket
Untuk menikmati koleksi batik yang ada di Museum Batik Yogyakarta, wisatawan diwajibkan membayar tiket masuk sebesar Rp 15.000,00 per orang. Museum ini di buka untuk umum setiap hari Senin hingga Sabtu, mulai pukul 09.00 s/d 15.00 WIB.



 
Akomodasi dan Fasilitas Lainnya
Jika Anda ingin tahu lebih lanjut tentang proses pembuatan batik, maka tak ada salahnya Anda memanfaatkan fasilitas yang disediakan oleh pengelola Museum Batik Yogyakarta. Pengelola museum ini menyediakan sebuah gallery khusus yang biasa digunakan sebagai tempat belajar membatik. Paket belajar membatik yang disediakan pun bermacam-macam. Ada paket kilat kursus satu jam dengan biaya Rp 25.000,00. Atau paket 5 kali pertemuan dengan biaya Rp 250.000,00. Anda tinggal memilih paket mana yang sekiranya sesuai untuk Anda.

No comments:

Post a Comment