Monday 3 June 2013

Memilih Jarak - Sebuah Resolusi




Jarak itu bisa panjang bisa pendek. Pilihannya adalah tergantung kebutuhan manusia mengapa harus menciptakan jarak. Bahkan antara satu jari dengan jari lain punya jarak meski itu kecil. Tapi dengan jarak, semua hal menjadi jelas dan ada batasnya.


Jarak bukan berarti memisahkan sesuatu, mungkin bisa juga menghubungkan kedua hal yang dulunya tidak saling mengenal. Seperti aku dan kamu, yang tercipta dengan aura bumi dan langit. Bayangkan berapa jarak dari bumi ke langit, sangat jauh bukan dan penuh perjuangan untuk mencapai kesana. Seperti ketika seseorang dari bumi menuju langit butuh teori pegas, sedangkann ketika seseorang dari langit turun ke bumi maka ia membutuhkan teori gravitasi.

Ambillah simbol  bahwa aku si pegas dan kamu si gravitasi. Ketika harus bertemu di tengah, apa yang akan terjadi….

Wah, ini seperti mengingatkanku saat kita makan sandwich di taman sore itu. Aku tertawa, karena masing-masing dari kita tidak mau mengalah siapa yang akan berkunjung, dan akhirnya bertemulah kita di titik tengah sebuah taman kota yang tak begitu ramai. 

Rasanya memiliki jarak seperti sebuah lukisan abstrak yang bernilai mahal. Jarak adalah pengakuan kita, bahwa kita ada dan berjauhan. Kita saling memendam rindu, saling merasa cemburu, dan saling merasa percaya bahwa semua akan baik-baik saja. Sebelum kau terbang ke atas, kau selalu menyelipkan senyum. Matamu teduh dan sayu memberi harapan pasti kau akan segera kembali.

Terhubung oleh jarak dalam ruang waktu yang sama akan memunculkan pertanyaan-pertanyaan. Salah satunya “Mengapa kita harus bersama? Mengapa jarak tidak memisahkan kita tapi malah sebagai jembatan hubungan kita? Mengaa jarak begitu pesona hingga kita tak sadar kita tidak sendirian di dunia ini? Bagaimana jika kita mempersempit jarak kita? Lewat apa? Bisa dengan semua hal yang menjadikan kita selalu dekat? Video-call? Bertatap muka? Duduk di taman kota bersama?

Tidak. Jarak juga bisa panjang dan pendek. Pilihlah satu. Panjang atau pendek? 

Aku ingin jarak yang pendek, agar kita selalu terhubung dan saling menyentuh, bukan saling meraba layar, bukan saling menatap lensa kamera, bukan saling mendengar melalui headphone. Aku ingin menyentuh kulitmu. Ingin menatap lensa matamu. Ingin mendengar suaramu berbisik di telingaku. 

Dan kita telah memilih jarak yang jauh ini.

No comments:

Post a Comment