Jarak itu bisa panjang bisa pendek.
Pilihannya adalah tergantung kebutuhan manusia mengapa harus menciptakan jarak.
Bahkan antara satu jari dengan jari lain punya jarak meski itu kecil. Tapi
dengan jarak, semua hal menjadi jelas dan ada batasnya.
Jarak bukan berarti memisahkan sesuatu,
mungkin bisa juga menghubungkan kedua hal yang dulunya tidak saling mengenal.
Seperti aku dan kamu, yang tercipta dengan aura bumi dan langit. Bayangkan berapa
jarak dari bumi ke langit, sangat jauh bukan dan penuh perjuangan untuk
mencapai kesana. Seperti ketika seseorang dari bumi menuju langit butuh teori
pegas, sedangkann ketika seseorang dari langit turun ke bumi maka ia
membutuhkan teori gravitasi.
Ambillah simbol bahwa aku si pegas dan kamu si gravitasi.
Ketika harus bertemu di tengah, apa yang akan terjadi….
Wah, ini seperti mengingatkanku saat kita
makan sandwich di taman sore itu. Aku tertawa, karena masing-masing dari kita
tidak mau mengalah siapa yang akan berkunjung, dan akhirnya bertemulah kita di
titik tengah sebuah taman kota yang tak begitu ramai.
Rasanya memiliki jarak seperti sebuah
lukisan abstrak yang bernilai mahal. Jarak adalah pengakuan kita, bahwa kita
ada dan berjauhan. Kita saling memendam rindu, saling merasa cemburu, dan
saling merasa percaya bahwa semua akan baik-baik saja. Sebelum kau terbang ke
atas, kau selalu menyelipkan senyum. Matamu teduh dan sayu memberi harapan
pasti kau akan segera kembali.
Terhubung oleh jarak dalam ruang waktu yang
sama akan memunculkan pertanyaan-pertanyaan. Salah satunya “Mengapa kita harus
bersama? Mengapa jarak tidak memisahkan kita tapi malah sebagai jembatan
hubungan kita? Mengaa jarak begitu pesona hingga kita tak sadar kita tidak
sendirian di dunia ini? Bagaimana jika kita mempersempit jarak kita? Lewat apa?
Bisa dengan semua hal yang menjadikan kita selalu dekat? Video-call? Bertatap
muka? Duduk di taman kota bersama?
Tidak. Jarak juga bisa panjang dan pendek.
Pilihlah satu. Panjang atau pendek?
Aku ingin jarak yang pendek, agar kita
selalu terhubung dan saling menyentuh, bukan saling meraba layar, bukan saling
menatap lensa kamera, bukan saling mendengar melalui headphone. Aku ingin
menyentuh kulitmu. Ingin menatap lensa matamu. Ingin mendengar suaramu berbisik
di telingaku.
Dan kita telah memilih jarak yang jauh ini.
No comments:
Post a Comment